Kenali Bagaimana FIP Dideteksi dan Didiagnosis Melalui 4 Tes Ini!
- BasmiFIP Indonesia
- 4 Jun
- 3 menit membaca
Feline Infectious Peritonitis (FIP) adalah penyakit yang sering dianggap sebagai mimpi buruk bagi kucing dan pemiliknya. Masalahnya, yang menyeramkan bukan hanya penyebarannya yang masif dan cepat saja.

Untuk sekadar menentukan apakah anabul benar-benar mengidap FIP atau justru terserang penyakit lain juga bukan perkara gampang. Sebab, belum ada satu tes yang dapat memberikan jawaban pasti terkait positif atau tidaknya kucing terhadap FIP.Ā
Sebagai gantinya, dokter hewan harus menyusun petunjuk berdasarkan gejala, hasil laboratorium, dan terkadang menggunakan pencitraan lanjutan atau bahkan analisis jaringan.
Kalau kamu penasaran bagaimana dokter hewan mendiagnosis FIP, Basmi FIP IndonesiaĀ telah menyusun panduan sederhana dan informatif, nih. Yuk, simak!
Mengapa Mendiagnosis FIP Sulit?
FIP mempunyai gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama di tahap awal. Gejala-gejala umum, seperti penurunan berat badan, demam, dan kondisi tubuh yang lesu tidak hanya merujuk pada FIP tetapi juga penyakit lain.
Selain itu, FIP memiliki empat jenis, yakni basah, kering, ocular, dan neurologis. Masing-masing memiliki gejala berbeda yang membuat proses diagnosis semakin membingungkan.
Inilah mengapa biasanya dibutuhkan beberapa jenis tes dan interpretasinya harus dilakukan dengan cermat.
4 Jenis Tes untuk Membantu Mendiagnosis FIP pada Kucing
Menyadari gejala umum dan gejala klinis yang ditunjukkan kucing adalah langkah pertama yang perlu dilakukan Pawrents. Setelah itu, kamu bisa membawa anabul ke dokter hewan supaya pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan.
Berikut adalah empat jenis tes utama yang dapat membantu mengidentifikasi FIP.
Tes Darah: Petunjuk Awal
Langkah pertama dan paling umum adalah pemeriksaan darah lengkap (CBC) dan tes kimia darah.
Ini membantu memberikan gambaran umum tentang kondisi kesehatan kucing dan bisa menunjukkan tanda awal adanya masalah.
Beberapa tanda khas yang bisa mengarah ke FIP antara lain:
kadar albumin rendah (jenis protein dalam darah),
kadar globulin tinggi (protein darah lain yang biasanya meningkat saat peradangan),
anemia (jumlah sel darah merah rendah yang bisa menyebabkan kelemahan),
jumlah sel darah putih tinggi (tanda infeksi atau peradangan), dan
rasio A/G rendah (perbandingan albumin dengan globulin).
Jika rasio ini turun di bawah 0,5, maka kecurigaan terhadap FIP meningkat.
Meskipun hasil ini tidak bisa memastikan FIP, namun dapat menjadi peringatan awal dan membantu dokter hewan memutuskan apakah perlu dilakukan tes lanjutan.
Tes Khusus: Rivalta Test
Jika kucing kamu memiliki cairan di perut atau dadaātanda klasik FIP basahādokter hewan mungkin akan mengambil sampel cairan tersebut dan melakukan tes Rivalta.
Tes sederhana ini membantu menentukan apakah cairan tersebut disebabkan oleh peradangan seperti FIP atau hal lain, misalnya penyakit jantung.
Hasil Rivalta positif menunjukkan kemungkinan besar FIP.
Hasil negatif membuat FIP menjadi kurang mungkin, namun tidak menyingkirkannya sepenuhnya.
Pencitraan: Rontgen dan USG
Jika kucing tidak menunjukkan tanda-tanda jelas FIP basah (seperti perut membesar akibat cairan), dokter hewan mungkin menyarankan tes pencitraan seperti rontgen atau USG.
Alat ini membantu untuk:
mendeteksi penumpukan cairan yang tersembunyi,
melihat pembesaran organ seperti hati, ginjal, atau kelenjar getah bening,
memeriksa peradangan di area perut atau dada.
Pencitraan sangat berguna pada kasus FIP kering, di mana gejalanya samar atau tersembunyi di dalam tubuh.
Tes Konfirmasi: Biopsi, IHC, dan PCR
Untuk mengonfirmasi FIP, biopsi bisa dilakukan. Ini berarti mengambil sampel jaringan kecil dari organ atau kelenjar getah bening dan mengirimkannya ke laboratorium.
Di laboratorium, metode yang disebut IHC (Immunohistochemistry) digunakan untuk mencari virus FIP secara langsung di sel jaringan.
Namun, biopsi punya beberapa kekurangan, yaitu:
memerlukan bius,
biayanya cukup mahal,
hasilnya memerlukan waktu.
Karena itu, biopsi biasanya hanya dilakukan jika memang sangat diperlukan. Sebagian besar dokter hewan lebih mengandalkan hasil tes yang kuat disertai gejala klinis.
Pilihan lain adalah tes PCR. Tes ini memeriksa materi genetik dari virus FCoV di cairan atau jaringan. Jika ditemukan strain yang bermutasi dan terkait dengan FIP, hasilnya lebih akurat.
Namun, tetap tidak 100% akurat. Banyak kucing sehat yang memiliki virus FCoV biasa, jadi hasil positif belum tentu berarti kucing terkena FIP.
Itulah sebabnya dokter hewan harus mempertimbangkan hasil tes ini bersama tanda klinis dan riwayat kucing sebelum membuat diagnosis akhir.
Pentingnya Melakukan Diagnosis Diferensial
FIP mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain, seperti kanker limfoma, infeksi virus immunodefisiensi kucing (FIV), toksoplasmosis, dan leukemia (FeLV).
Oleh sebab itu, penting untuk mengecualikan penyakit lain sebelum mendiagnosis seekor kucing terinfeksi FIP atau tidak. Tes tambahan, seperti FeLV/FIV combo test, rontgen, atau USG, sering kali diperlukan agar diagnosis tidak salah arah.
Kesimpulan
FIP adalah penyakit yang kompleks dan bisa menyerupai banyak penyakit lainnya. Itulah sebabnya dibutuhkan kombinasi hasil tes, gejala klinis, dan kondisi umum kucing untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Untungnya, kini banyak kucing yang didiagnosis FIP sudah bisa diobati dengan GS-441524. Pengobatan ini mampu menghentikan penyebaran virus dan memberikan harapan nyata untuk kesembuhan.
Jika kamu curiga kucingmu mungkin terkena FIP, jangan putus asa. Kamu bisa menghubungi Tim Basmi FIP Indonesia melalui WhatsAppĀ untuk mendapatkan dosis yang tepat dan dukungan ahli selama masa pengobatan.
Comments